Kita
tidak dapat berpaling muka bahwasanya kita hidup dalam ketidak samaan
dalam berbagai hal dalam kehidupan kita sehari hari, adanya berbagai
perbedaan yang merupakan pelangi dalam kehidupan baik dalam lingkungan
sosial maupun dalam lingkungan rumah tangga kita, seolah olah kita
melihat refleksi diri sendiri dalam sebuah cermin, memantulkan gambaran
diri seolah olah tanpa cacat cela menurut pandangan mata kasat sesuai
dengan selera atau keinginan hati kita sendiri.
Hal
ini mencerminkan keinginan hati akan terwujudnya langkah menuju
pencapaian kesempurnaan dalam kehidupan, ketidakpuasan diri merupakan
suatu faktor pencetus yang utama, sehingga menimbulkan rasa kurang
bersyukur atas semua hikmat karena kasih karunia Allah dalam kehidupan
kita.
Gejolak
hati ini terkadang menimbulkan tindakan yang tidak rasional dan
bertentangan dengan hati nurani yang terinjak injak dan tertimbun dalam
sampah moral, menghardik rasa malu dan mengarah pada mengabaikan berkat
dan hikmat yang telah Allah berikan, seakan terbuai dalam mimpi indah
dan lupa terjaga kepada kenyataan bahwa masih ada norma yang menjadi
tuntunan kehidupan.
Menjadi
lupa diri bahwa ada keterbatasan dalam diri kita yang tidak dapat kita
wujudkan dengan memaksakan diri, sehingga pada akhirnya tidak dapat
menerima kenyataan untuk mencapai sosok bayangan kehidupan alam maya
yang tidak kasat mata, dan beranggapan pula bahwasanya kesemua itu
adalah sebahagian dari anugerah.
Secara
mendasar kita hidup dalam perbedaan sesuai dengan rencana Allah sejak
awalnya, baik kita menyadarinya ataupun tidak, tetapi hendaknya
janganlah menjadi alasan untuk menghadirkan pertentangan yang tidak
berkesudahan yang mengarah pada pertikaian yang mungkin pada akhirnya
dapat menimbulkan penyesalan di kemudian hari baik pada diri kita
sendiri, keluarga maupun terhadap sesama, karena sesungguhnya
mewujudkan kerukunan adalah hal utama dalam kehidupan sebagai bentuk
dari kasih mula mula, yang mulai terlupakan dan tersingkir oleh
keserakahan dan ketidakpuasan individu dengan memperhatikan adanya
ketimpangan sosial yang hadir dalam realita kehidupan tanpa melihat
gender dan tingkatan tatanan sosial yang hadir karena adanya
ketidakmampuan dalam mengendalikan gejolak batiniah individu, dan mulai
terperosok dalam kemandulan kepedulian.
Cerminan
kehidupan yang membuat kegelisahan hati nurani mengharap semua
kekelaman kabut akan segera berlalu menuju cerahnya kehadiran sinar
mentari menyapu awan kelabu menghapus badai menenangkan gejolak.
Comments
Post a Comment
Enjoy Your Life