Share from Flicker |
perseverance, and determination to overcome adversity. (Edmund Burke)
Kata bijak di atas mengingatkan kita bahwasanya dalam menjalankan kehidupan terlampau banyak liku liku kehidupan yang harus kita lalui, membutuhkan banyak perjuangan yang tentunya harus kita lakukan, banyak rintangan dan hambatan yang harus kita hadapi dan membutuhkan keberanian untuk menghadapinya.
Demikianlah sesungguhnya kehidupan nyata yang harus kita hadapi, terkadang membuat hati kita menjadi takut menghadapinya, rintangan demi rintangan harus dihadapi, kegagalan demi kegagalan menyergap perjuangan hidup, kekecewaan demi kekecewaan menghadang jalan kita dan membuat kita putus asa seolah olah keberuntungan menjauh dan semakin jauh, menjadi lebih parah lagi apabila kita sudah mulai mengeluh seolah olah Tuhan sudah tidak berpihak kepada kita, dan mulai mempertanyakan keberadaanNya, membuat kita lupa mengucap syukur bahwasanya Dia masih memperhatikan memelihara dan memberkati kita, Dia masih menyayangi dengan KasihNya yang tak pernah terputuskan, tidak terukur walaupun kita cenderung menghitungnya.
Terkadang pencobaan datang bertubi tubi seolah olah saling susul laiknya barisan parade yang semakin lama semakin menyesakkan, membuat kita kehabisan nafas tersengal sengal berusaha menghirup sedikit udara untuk sekedar gejolak tubuh untuk bernafas.
Dalam realita yang terpampang dihadapan kita, sekelompok anak usia sekolah menjadi anak putus pendidikan karena ketidak mampuan orang tua mereka untuk menghaturkan kehidupan yang layak dengan ditunjang oleh pendidikan formal maupun unformal mental spiritual yang memadai untuk menjadikan mereka insan mandiri, padahal mereka berharap untuk menjadi insan mandiri yang berguna bukannya menjadi sampah masyarakat seperti anggapan sebagian besar masyarakat yang lebih mapan, yang menghadirkan kesenjangan sosial yang sangat menyolok, sementara sekelompok anak lainnya menjadi anak manja sehingga mereka menjadi lupa berpijak bertumpu pada tempat yang goyah menjerumuskan mereka dalam situasi gemerlap kehidupan duniawi, membuat mereka terlena dan tertidur terbuai mimpi indah yang tersaji, menjadi lupa diri akan keberadaannya yang pada akhirnya membuahkan kehadiran ketiadaan dari yang ada, menghadirkan ketidak mampuan dirinya untuk menjadi insan mandiri yang berguna.
Tetapi secara realita terlihat bahwasanya sekelompok insan yang tersisih dari lingkungannya yang dianggap sebagai sampah masyarakat lebih berharga dan lebih dihargai keberadaannya sebagai insan mandiri, karena mereka berjuang untuk hidup ditengah terpaan badai kehidupan, tertempa terasah menjadi sesuatu yang berharga dan memiliki walaupun hanya seberkas sinar kehidupan.
Secara jelas terpampang bahwasanya keberadaan dapat menghasilkan ketiadaan pada segelintir orang tergantung bagaimana cara mereka mengolahnya, seperti sebuah ilustrasi dari keberadaan suatu benda yang tak berharga apabila diolah oleh tangan terampil seorang ahli dapat menghasilkan suatu benda berharga yang memiliki nilai tinggi dan indah, sebaliknya suatu benda berharga yang disia-siakan akan menjadi benda tak bernilai dan menjadi pudar keindahannya.
Pencobaan merupakan sebagian dari nikmat Allah yang sepatutnya kita syukuri walaupun terasa sepahit empedu dan membuat kita menderita tetapi ada hikmah dibalik itu semua jika saja kita ikhlas menjalankannya, semua itu hanyalah ujian titian kehidupan agar kita menjadi lebih menyadari bahwasanya semua yang terjadi adalah liku kehidupan yang harus kita jalani sebagai titian menuju keberhasilan.
Bahwasanya emas akan tetap menjadi emas walaupun dia menjalani proses pembentukan menuju keindahan bentuk melalui tempaan demi tempaan, demikian pula dengan kehidupan dilengkapi dengan kerasnya perjuangan menuju keberhasilan dalam menggenggam asa keberhasilan menuju masa depan yang lebih baik, kegagalan adalah titian menuju keberhasilan yang hakiki.
Demikianlah sesungguhnya kehidupan nyata yang harus kita hadapi, terkadang membuat hati kita menjadi takut menghadapinya, rintangan demi rintangan harus dihadapi, kegagalan demi kegagalan menyergap perjuangan hidup, kekecewaan demi kekecewaan menghadang jalan kita dan membuat kita putus asa seolah olah keberuntungan menjauh dan semakin jauh, menjadi lebih parah lagi apabila kita sudah mulai mengeluh seolah olah Tuhan sudah tidak berpihak kepada kita, dan mulai mempertanyakan keberadaanNya, membuat kita lupa mengucap syukur bahwasanya Dia masih memperhatikan memelihara dan memberkati kita, Dia masih menyayangi dengan KasihNya yang tak pernah terputuskan, tidak terukur walaupun kita cenderung menghitungnya.
Terkadang pencobaan datang bertubi tubi seolah olah saling susul laiknya barisan parade yang semakin lama semakin menyesakkan, membuat kita kehabisan nafas tersengal sengal berusaha menghirup sedikit udara untuk sekedar gejolak tubuh untuk bernafas.
Dalam realita yang terpampang dihadapan kita, sekelompok anak usia sekolah menjadi anak putus pendidikan karena ketidak mampuan orang tua mereka untuk menghaturkan kehidupan yang layak dengan ditunjang oleh pendidikan formal maupun unformal mental spiritual yang memadai untuk menjadikan mereka insan mandiri, padahal mereka berharap untuk menjadi insan mandiri yang berguna bukannya menjadi sampah masyarakat seperti anggapan sebagian besar masyarakat yang lebih mapan, yang menghadirkan kesenjangan sosial yang sangat menyolok, sementara sekelompok anak lainnya menjadi anak manja sehingga mereka menjadi lupa berpijak bertumpu pada tempat yang goyah menjerumuskan mereka dalam situasi gemerlap kehidupan duniawi, membuat mereka terlena dan tertidur terbuai mimpi indah yang tersaji, menjadi lupa diri akan keberadaannya yang pada akhirnya membuahkan kehadiran ketiadaan dari yang ada, menghadirkan ketidak mampuan dirinya untuk menjadi insan mandiri yang berguna.
Tetapi secara realita terlihat bahwasanya sekelompok insan yang tersisih dari lingkungannya yang dianggap sebagai sampah masyarakat lebih berharga dan lebih dihargai keberadaannya sebagai insan mandiri, karena mereka berjuang untuk hidup ditengah terpaan badai kehidupan, tertempa terasah menjadi sesuatu yang berharga dan memiliki walaupun hanya seberkas sinar kehidupan.
Secara jelas terpampang bahwasanya keberadaan dapat menghasilkan ketiadaan pada segelintir orang tergantung bagaimana cara mereka mengolahnya, seperti sebuah ilustrasi dari keberadaan suatu benda yang tak berharga apabila diolah oleh tangan terampil seorang ahli dapat menghasilkan suatu benda berharga yang memiliki nilai tinggi dan indah, sebaliknya suatu benda berharga yang disia-siakan akan menjadi benda tak bernilai dan menjadi pudar keindahannya.
Pencobaan merupakan sebagian dari nikmat Allah yang sepatutnya kita syukuri walaupun terasa sepahit empedu dan membuat kita menderita tetapi ada hikmah dibalik itu semua jika saja kita ikhlas menjalankannya, semua itu hanyalah ujian titian kehidupan agar kita menjadi lebih menyadari bahwasanya semua yang terjadi adalah liku kehidupan yang harus kita jalani sebagai titian menuju keberhasilan.
Bahwasanya emas akan tetap menjadi emas walaupun dia menjalani proses pembentukan menuju keindahan bentuk melalui tempaan demi tempaan, demikian pula dengan kehidupan dilengkapi dengan kerasnya perjuangan menuju keberhasilan dalam menggenggam asa keberhasilan menuju masa depan yang lebih baik, kegagalan adalah titian menuju keberhasilan yang hakiki.
Comments
Post a Comment
Enjoy Your Life