Iman, Pengharapan dan Kasih merupakan sebahagian dari
Karunia Allah dalam kehidupan kita yang saling bertautan tanpa dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya, yang erat kaitannya dengan
pengalaman spiritual/religius seseorang.
Iman pada
akhirnya merujuk pada penerimaan (pengakuan) keberadaan otoritas
keillahian dari manifestasi Allah, menghadirkan ketaatan lahiriah pada
otoritas Allah dalam kehidupan kita, yang mendasar pada iman yang
disertai dengan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam pada suatu
pemahaman individual terhadap ajaran agama sebagai tuntunan dalam
tatanan kehidupan santun yang erat kaitannya dengan tingkah laku, tutur
kata dan buah pikiran, serta merupakan landasan dari segala sesuatu yang
menjadi pengharapan kita dan merupakan bukti dari sesuatu yang tidak
kita lihat, dengan penekanannya pada nilai manusia dan martabat, yang meliputi kepercayaan, profesi dan kinerja tubuh dari perbuatan, yang mengacu pada tindakan yang menghasilkan kebaikan bagi orang lain sebagai penyerahan diri seutuhnya sesuai kehendak Allah seirama dengan pemahaman atas ajaran agama masing-masing individu.
Adapun harapan, merupakan gejolak perasaan (emosional) yang terpancar sebagai refleksi ataupun bias kepercayaan pada hasil yang positif berkaitan dengan kejadian dan keadaan dalam kehidupan seseorang, sebagai suatu luapan atas keinginan, perubahan keadaan, tindakan sebagai pemenuhan keinginan sebagai konsekuensi dari keyakinan atas pewujudan yang akhirnya berkembang menjadi kepercayaan diri sebagai antisipasi atas keyakinan untuk mewujudkan konsep memiliki, menghasilkan harapan akan kebahagiaan dan sukacita dalam persfektif emosi positif secara kognitif psikologis, sosial dan fisik, yang erat kaitannya dengan optimisme sebagai pewujudan alur pemikiran yang mengarah pada tujuan tertentu dalam pengharapan hingga mencapai perubahan keadaan pada masa mendatang.
Demikian pula dengan kasih, ilustrasi luapan emosi yang juga mewakili kebaikan atau kebajikan manusia dalam bentuk kasih sayang yang sangat mendalam, yang mengarah pada kesetiaan, murah hati tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri yang mendasar pada kasih sayang demi kebaikan orang lain, dalam berbagai bentuk tindakan yang erat kaitannya dalam hubungan antar sesama sebagai bagian dari naluri untuk saling melindungi yang mengacu pada komitment seseorang dalam melakukan tindakan, saling menghargai dalam ikatan emosi untuk mencintai baik obyek, prinsip maupun pemahaman pencapaian tujuan tanpa keterikatan cinta antar pribadi yang dapat menimbulkan keterlibatan gejolak gairah birahi (paraphilia), karena secara psikologis ada keterikatan sebagai penggambaran atas fenomene kognitif dan sosial psikologis yang melibatkan tiga unsur keintiman, komitmen serta gairah dalam suatu hubungan interaksi antar sesama dengan mendasar pada pandangan bahwasanya kasih sebagai pewujudan companionate kasih (tanpa adanya keterlibatan emosi gairah fisologis didalamnya).
Keterikatan baik Iman Pengharapan ataupun Kasih mengindikasikan kepastian akan harapan positif akan masa mendatang terbalut dalam harapan yang kuat dan percaya diri yang sangat mendalam dalam ketekunan penantian dengan penuh kesabaran dalam essensi kepribadian yang mencerminkan ketaatan seorang beragama dalam mentaati perintah Allah dalam partisipasi secara nyata dalam bentuk tindakan tatanan kehidupan.
Demikian pula halnya menimbulkan keterikatan dengan ketiga konsep terdahulu yang mencangkup Hikmat Pemahaman dan Pengetahuan yang telah dibahas terdahulu dalam harmonisasi interaksi sebagi indikasi essensial kepribadian dalam pewujudan jatidiri seutuhnya sebagai suatu bentuk tindakan yang mencerminkan ketaatan akan perintah Allah yang terkandung dalam FirmanNYa mengarah pada pelaku firman dalam meniti kehidupannya, yang dijadikan pelita dalam langkah kehidupannya dalam menerangi titian langkah yang seharusnya dijalani tanpa harus keluar dari jalur tatanan kehidupan sebagai pengharapan pembelajaran diri seorang hamba.
Adapun harapan, merupakan gejolak perasaan (emosional) yang terpancar sebagai refleksi ataupun bias kepercayaan pada hasil yang positif berkaitan dengan kejadian dan keadaan dalam kehidupan seseorang, sebagai suatu luapan atas keinginan, perubahan keadaan, tindakan sebagai pemenuhan keinginan sebagai konsekuensi dari keyakinan atas pewujudan yang akhirnya berkembang menjadi kepercayaan diri sebagai antisipasi atas keyakinan untuk mewujudkan konsep memiliki, menghasilkan harapan akan kebahagiaan dan sukacita dalam persfektif emosi positif secara kognitif psikologis, sosial dan fisik, yang erat kaitannya dengan optimisme sebagai pewujudan alur pemikiran yang mengarah pada tujuan tertentu dalam pengharapan hingga mencapai perubahan keadaan pada masa mendatang.
Demikian pula dengan kasih, ilustrasi luapan emosi yang juga mewakili kebaikan atau kebajikan manusia dalam bentuk kasih sayang yang sangat mendalam, yang mengarah pada kesetiaan, murah hati tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri yang mendasar pada kasih sayang demi kebaikan orang lain, dalam berbagai bentuk tindakan yang erat kaitannya dalam hubungan antar sesama sebagai bagian dari naluri untuk saling melindungi yang mengacu pada komitment seseorang dalam melakukan tindakan, saling menghargai dalam ikatan emosi untuk mencintai baik obyek, prinsip maupun pemahaman pencapaian tujuan tanpa keterikatan cinta antar pribadi yang dapat menimbulkan keterlibatan gejolak gairah birahi (paraphilia), karena secara psikologis ada keterikatan sebagai penggambaran atas fenomene kognitif dan sosial psikologis yang melibatkan tiga unsur keintiman, komitmen serta gairah dalam suatu hubungan interaksi antar sesama dengan mendasar pada pandangan bahwasanya kasih sebagai pewujudan companionate kasih (tanpa adanya keterlibatan emosi gairah fisologis didalamnya).
Keterikatan baik Iman Pengharapan ataupun Kasih mengindikasikan kepastian akan harapan positif akan masa mendatang terbalut dalam harapan yang kuat dan percaya diri yang sangat mendalam dalam ketekunan penantian dengan penuh kesabaran dalam essensi kepribadian yang mencerminkan ketaatan seorang beragama dalam mentaati perintah Allah dalam partisipasi secara nyata dalam bentuk tindakan tatanan kehidupan.
Demikian pula halnya menimbulkan keterikatan dengan ketiga konsep terdahulu yang mencangkup Hikmat Pemahaman dan Pengetahuan yang telah dibahas terdahulu dalam harmonisasi interaksi sebagi indikasi essensial kepribadian dalam pewujudan jatidiri seutuhnya sebagai suatu bentuk tindakan yang mencerminkan ketaatan akan perintah Allah yang terkandung dalam FirmanNYa mengarah pada pelaku firman dalam meniti kehidupannya, yang dijadikan pelita dalam langkah kehidupannya dalam menerangi titian langkah yang seharusnya dijalani tanpa harus keluar dari jalur tatanan kehidupan sebagai pengharapan pembelajaran diri seorang hamba.
Comments
Post a Comment
Enjoy Your Life