"Sesungguhnya orang-orang yang takut
kepada Tuhannya di saat mereka tidak tampak di hadapan yang lainnya,
mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. Dan rahasiakanlah
perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala
isi hati. Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu
lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?
Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya
kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan ." (QS. Al Mulk: 12-15)
“Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat
penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi
dan laut dan semua mata air” (Wahyu 14:7)
Kedua
firman Allah diatas merujuk pada sesuatu yang hakiki yaitu takut akan
Allah pencipta langit dan bumi beserta isinya, merupakan hal yang
terpenting dalam meniti kehidupan, mungkin lebih tepat bila dikatakan
"Kecintaan akan Allah yang sangat mendalam (Mahabbatullah) yang
disertai dengan ketaatan akan semua perintah-Nya", tentunya dengan
berawal pada hal tersebut pada akhirnya akan menghasilkan tindakan yang
bermuara pada ucapan syukur yang berdesah melalui bibir kita tampa
memperhatikan apapun situasi serta kondisi yang mendukungnya, dengan
kata lain dapat diartikan sebagai ucapan syukur yang terucap setiap saat
dalam segala hal, yang akan mendorong hati dalam hikmat kita untuk
selalu mencintai keberadaan-Nya yang hanya dapat dimengerti karena
adanya hikmat Allah melalui keimanan kita dalam memuji dan bersyukur
akan kebesaran-Nya, yang menghantar kita untuk lebih dalam lagi untuk
mencintai-Nya, dengan segenap tubuh, hati, dan jiwa kita.....Amin
terpujilah Allah dengan segenap kebesaran-Nya.Kecintaan akan Allah, mendorong kita untuk lebih mengenal Allah, lebih mendekat dalam hadirat-Nya, dan akan lebih dalam lagi untuk mencintai Allah, hal ini tentunya akan membentuk kita menjadi insan yang berakhlak dan beriman serta bertakwa pada Allah, terkikislah sudah :
Kemunafikan yang membentuk seseorang seolah hidup penuh dengan kepura-puraan dalam lindungan kedok diwajahnya, laiknya pemain opera dalam membentuk karakter untuk menjadi seorang pemain peran, atau mungkin bagaikan seorang pesolek yang memoles rapi wajahnya dengan kosmetika untuk menutupi kerut dan bopeng diwajahnya.
Keinginan untuk mementingkan dirinya sendiri tampa pernah berpikir perihal orang di sekitarnya, tampa pernah memiliki keinginan untuk berbagi baik dengan keluarga maupun lingkungan di sekelilingnya, seolah-olah segala sesuatunya hanya untuk memenuhi keinginan serta kebutuhan dirinya sendiri karena keserakahan diri.
Ketidakpercayaan
akan kemampuan diri sendiri yang membentuk kita menjadi seorang yang
rendah diri, menjauh dari lingkungan, hidup dalam kesendirian, menutup
diri dari lingkungan sekeliling yang pada akhirnya mengarah kepada
pembentukkan diri seorang yang pesimis tampa memiliki rasa percaya diri
sedikitpun, atau mungkin juga menjadi seorang yang mengarah pada sikap
skeptis dalam bertindak dalam kerangka keragu-raguan dan takut
menghadapi kegagalan.
Kurang disiplin baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan yang mengarah pada sikap masa bodoh dan tidak peduli, tampa memiliki rasa menghormati terhadap sesama dan kurangnya penghargaan terhadap lingkungan yang mungkin mengarah pada sikap merusak lingkungan hidup.
Pembelajaran diri dalam menjaga kesucian baik tubuh, jiwa dan roh.
Kurang disiplin baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan yang mengarah pada sikap masa bodoh dan tidak peduli, tampa memiliki rasa menghormati terhadap sesama dan kurangnya penghargaan terhadap lingkungan yang mungkin mengarah pada sikap merusak lingkungan hidup.
Pembelajaran diri dalam menjaga kesucian baik tubuh, jiwa dan roh.
Comments
Post a Comment
Enjoy Your Life