Spiritual Peace Live In Self Worth And Forgiveness

"Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."  (Matius 22:39)

Damai sejahtera hidup dalam bagian terdalam dari hati kita, yang tercermin dan juga terpancar keluar dalam bentuk kasih sayang atau mungkin lebih tepat bila dikatakan sebagai kandungan nilai nilai kepribadian seseorang.

Bila kita renungkan dengan seksama maka akan dapat kita lihat bahwa ada dua nilai penting yang dapat kita petik dari nilai kasih sayang itu sendiri, yaitu nilai kasih sebagai refleksi terhadap diri sendiri dalam jalinan nilai diri serta nilai kasih
terhadap lingkungan sosial dimana kita berada atau hubungan sosial dalam lingkup jalinan interaksi hubungan antar sesama yang cenderung menuntut nilai kasih terhadap sesama dalam bentuk sifat toleransi individual mengampuni atau pengampunan, yang mungkin tersamar oleh sikap serta tingkah laku seseorang dalam mengungkapkan isi hatinya dalam bersosialisasi.

Nilai diri atau sebagian orang mengungkapkannya dalam kata "Harga Diri", merupakan cerminan evaluasi emosional yang mendukung dorongan timbulnya motivasi secara keseluruhan, dalam sudut pandang positif maupun negatif, dalam dimensi evaluatif diri sendiri yang meliputi perasaan akan kelayakan, kebanggaan diri kekecewaan, keputusasaan dan lainnya, dalam kaitannya dengan kesadaran diri seseorang yang cenderung mewakili penilaian akan kelayakan nilai pribadi, sebagai suatu pengalaman yang kompeten untuk menghadapi tantangan yang mendasar dalam kehidupan, yang mengarah pada kelayakan rengkuhan kebahagiaan, yang mendorong kebutuhan akan kelayakan rasa hormat dan juga sikap menghormati, sebagai motivasi untuk mempertahankan dan menjunjung tinggi nilai diri seseorang, berkembang dalam lingkup tingkat sosial atau status pribadi seseorang dalam tatanan sosial masyarakat.

Disisi lain nilai kasih terhadap sesama manusia mendorong seseorang bertindak dalam sikap penuh rasa hormat dan menjunjung tinggi nilai nilai luhur etika dan moral, dan ada kecenderungan mengacu pada tingkah laku untuk menolak atau menghentikan kebencian, kemarahan, kekecewaan dan lainnya, sebagai penolakkan diri atas perilaku seseorang yang bersifat pelanggaran, kesalahan, ketidaksetujuan dan lainnya, dan motivasi ini merupakan refleksi nilai kasih dalam tindakan, sikap dan juga perilaku memaafkan dan memberikan ampunan terhadap ketidaknyamanan yang diterimanya, sebagai proses persfektif perilaku.

Keduanya mengacu pada pemenuhan kebahagiaan dan berdasarkan penelitian ditemukan bahwa orang yang cenderung bersikap dalam lingkup nilai kasih dalam kehidupannya, memiliki kebahagiaan dalam karunia damai sejahtera dan mengarah pada peningkatan fungsi kardiovascular dan saraf mereka atau dengan kata lain hidup tampa memiliki masalah dalam hal kesehatannya dan adanya peningkatan vitalitas dalam kehidupannya.

Kerinduan pembelajaran diri seorang hamba.


Comments

Popular posts from this blog

What Is Your True Purpose

The Teeter - Totter Syndrome

The God Who Saves