Tembok
pembatas seolah memisahkan masing-masing individu dengan keragaman pola
pikir yang disertai dengan tindakan, baik rasional ataupun irasional, seakan-akan membungkus rapi karakter yang terselubung didalamnya, tersirat menjadi kamuflase jati diri yang sempurna.
Terasa sulit mencari jalan keluar walaupun tampak di pelupuk mata jalan untuk keluar menuju kebebasan dari kabut yang menyelubungi diri sendiri membuahkan derita hati dalam jeritan seolah lolongan serigala yang mengharu biru hati menyelimuti kesedihan yang mendalam.
Walaupun pada dasarnya, jalan keluar terbuka secara lebar tanpa ada pintu yang menghalanginya menuju kebebasan yang seharusnya, tetapi mengapa sedemikian sulit mencapainya ?
Secara mendasar dapat dikatakan bahwasanya kita sudah terbuai dan terlena dalam situasi dan kondisi yang menyelubungi diri kita sendiri sehingga terasa sulit untuk sekedar menggeliatkan tubuh untuk tetap terjaga dan melangkah menuju kebebasan diri dalam usaha membentuk jati diri yang sesungguhnya, terbuai untuk tetap menikmati keberadaan diri tanpa ada usaha untuk menyingkap selubung, terlena didalamnya seolah-olah tiada daya untuk tetap sadar diri dan terjaga dari buaian mimpi yang menyesatkan, sehingga banyak kali kita melakukan hal yang tidak seharusnya kita lakukan dalam menata kehidupan ini.
Tatanan kehidupan menjadi hal yang langka, apakah demikian kenyataannya ?, apabila kita memperhatikan realita kehidupan, terungkap bahwasanya tatanan kehidupan terabaikan walaupun titian kehidupan telah terpola secara nyata dan mendasar dalam pola kehidupan yang terbentuk secara mendasar, tetapi ada kecenderungan bahwasanya emosi lebih dominan jika dibandingkan dengan logika sehingga kita bertindak terkadang diluar tatanan yang seharusnya dengan mengabaikan nilai-nilai kehidupan yang ada.
Sebaiknya kita berusaha untuk keluar dari kungkungan, menata langkah menuju pintu kebebasan yang selalu terbuka dalam membentuk jati diri yang hakiki dengan menyeimbangkan emosi dan logika sesuai dengan titian kehidupan yang seharusnya, sehingga kita selalu terjaga dari selubungan diri dan tidak terlena untuk melakukan hal-hal yang menyesatkan yang pada akhirnya akan merugikan diri kita sendiri.
Tentunya hal ini tidak terlepas dari hikmat yang Allah berikan, pemahaman akan hikmat Allah dan pengertian yang membuahkan pengetahuan yang tentunya akan menjadi pegangan bagi kita semua dalam menata langkah yang sesuai dengan titian kehidupan, sehingga kita tidak keluar dari jalur yang tertata untuk melepaskan diri dari jerat kungkungan tembok kehidupan menuju pintu kebebasan yang sesuai dengan kehendak Allah sesuai dengan firmanNya sebagai pelaku-pelaku firman.
Secara mendasar dapat dikatakan bahwasanya Firman Allah yang hidup dalam diri kita akan menuntun langkah kita dalam menata langkah kehidupan yang pada akhirnya membentuk jati diri kita sendiri seutuhnya yang akan membuahkan cerminan dari pancaran sinar illahi yang terpancar keluar baik dalam buah pikiran, perkataan dan tindak-tanduk kita.
Mudah-mudahan kita menjadi terang dan garam dunia bagi sesama.
Terasa sulit mencari jalan keluar walaupun tampak di pelupuk mata jalan untuk keluar menuju kebebasan dari kabut yang menyelubungi diri sendiri membuahkan derita hati dalam jeritan seolah lolongan serigala yang mengharu biru hati menyelimuti kesedihan yang mendalam.
Walaupun pada dasarnya, jalan keluar terbuka secara lebar tanpa ada pintu yang menghalanginya menuju kebebasan yang seharusnya, tetapi mengapa sedemikian sulit mencapainya ?
Secara mendasar dapat dikatakan bahwasanya kita sudah terbuai dan terlena dalam situasi dan kondisi yang menyelubungi diri kita sendiri sehingga terasa sulit untuk sekedar menggeliatkan tubuh untuk tetap terjaga dan melangkah menuju kebebasan diri dalam usaha membentuk jati diri yang sesungguhnya, terbuai untuk tetap menikmati keberadaan diri tanpa ada usaha untuk menyingkap selubung, terlena didalamnya seolah-olah tiada daya untuk tetap sadar diri dan terjaga dari buaian mimpi yang menyesatkan, sehingga banyak kali kita melakukan hal yang tidak seharusnya kita lakukan dalam menata kehidupan ini.
Tatanan kehidupan menjadi hal yang langka, apakah demikian kenyataannya ?, apabila kita memperhatikan realita kehidupan, terungkap bahwasanya tatanan kehidupan terabaikan walaupun titian kehidupan telah terpola secara nyata dan mendasar dalam pola kehidupan yang terbentuk secara mendasar, tetapi ada kecenderungan bahwasanya emosi lebih dominan jika dibandingkan dengan logika sehingga kita bertindak terkadang diluar tatanan yang seharusnya dengan mengabaikan nilai-nilai kehidupan yang ada.
Sebaiknya kita berusaha untuk keluar dari kungkungan, menata langkah menuju pintu kebebasan yang selalu terbuka dalam membentuk jati diri yang hakiki dengan menyeimbangkan emosi dan logika sesuai dengan titian kehidupan yang seharusnya, sehingga kita selalu terjaga dari selubungan diri dan tidak terlena untuk melakukan hal-hal yang menyesatkan yang pada akhirnya akan merugikan diri kita sendiri.
Tentunya hal ini tidak terlepas dari hikmat yang Allah berikan, pemahaman akan hikmat Allah dan pengertian yang membuahkan pengetahuan yang tentunya akan menjadi pegangan bagi kita semua dalam menata langkah yang sesuai dengan titian kehidupan, sehingga kita tidak keluar dari jalur yang tertata untuk melepaskan diri dari jerat kungkungan tembok kehidupan menuju pintu kebebasan yang sesuai dengan kehendak Allah sesuai dengan firmanNya sebagai pelaku-pelaku firman.
Secara mendasar dapat dikatakan bahwasanya Firman Allah yang hidup dalam diri kita akan menuntun langkah kita dalam menata langkah kehidupan yang pada akhirnya membentuk jati diri kita sendiri seutuhnya yang akan membuahkan cerminan dari pancaran sinar illahi yang terpancar keluar baik dalam buah pikiran, perkataan dan tindak-tanduk kita.
Mudah-mudahan kita menjadi terang dan garam dunia bagi sesama.
Comments
Post a Comment
Enjoy Your Life