Meniti jalan hidup menapakkan kaki ditengah riuh dan hiruk pikuk titian kehidupan menuju pada satu tujuan kehidupan yang lebih mapan mandiri penuh percaya diri walaupun penuh dengan tantangan menuju titian terakhir sambil memikul salib kehidupan, setapak demi setapak kaki melangkah dalam rangkulan kegelapan dibelakangku beserta seringai jurang kehidupan yang menganga dikiri kananku menanti waktu demi waktu saat demi saat saat aku tergelincir kedalamnya.
Ditengah guyuran hujan diselimuti guntur dan badai kehidupan membuat aku menggigil gentar dan takut berhadapan muka dengannya, kecut hatiku dan bertanya dalam hati dapatkah kulalui dengan langkah langkah kakiku yang kecil ini berlari dan berlari menjauh darinya dengan penuh ketekutan, waktu pula yang menyadarkanku....mengapa aku harus berlari menjauhinya ?, walaupun tanpa alat bantu untuk melindungi kekuyupan tubuhku aku tetap harus neniti dan melangkah hingga sampai pada tujuan.
Tetap kulangkahkan kakiku meniti jalan setapak dengan mengarahkan pandangan mataku yang telah nanar dipenuhi uraian air mata kegetiran tetapi mulutku tetap terkunci tanpa keluh kesah, napasku pun semakin memburu mengiringi kelelahan tubuh dan jiwaku dalam mengarungi riak gelombang kehidupan, kukayuh dan kukayuh lagi dayungku mengarungi samudera walaupu dalam sampan kecilku yang semakin lama semakin rapuh menyisi kearah pantai berlabuh dan beristirahat.
Kubaringkan tubuhku yang semakin lama semakin renta penuh dengan kelelahan kepenatan menikmati waktu rehatku sambil berucap " Terima kasih Ya Allah ku berbahagia dalam rangkuman tanganMu dan aku bersyukur atas seluruh nikmat yang Kau curahkan dalam meniti jalan hidupku" (Teriring salam untuk sahabatku nun jauh disana)
Ditengah guyuran hujan diselimuti guntur dan badai kehidupan membuat aku menggigil gentar dan takut berhadapan muka dengannya, kecut hatiku dan bertanya dalam hati dapatkah kulalui dengan langkah langkah kakiku yang kecil ini berlari dan berlari menjauh darinya dengan penuh ketekutan, waktu pula yang menyadarkanku....mengapa aku harus berlari menjauhinya ?, walaupun tanpa alat bantu untuk melindungi kekuyupan tubuhku aku tetap harus neniti dan melangkah hingga sampai pada tujuan.
Tetap kulangkahkan kakiku meniti jalan setapak dengan mengarahkan pandangan mataku yang telah nanar dipenuhi uraian air mata kegetiran tetapi mulutku tetap terkunci tanpa keluh kesah, napasku pun semakin memburu mengiringi kelelahan tubuh dan jiwaku dalam mengarungi riak gelombang kehidupan, kukayuh dan kukayuh lagi dayungku mengarungi samudera walaupu dalam sampan kecilku yang semakin lama semakin rapuh menyisi kearah pantai berlabuh dan beristirahat.
Kubaringkan tubuhku yang semakin lama semakin renta penuh dengan kelelahan kepenatan menikmati waktu rehatku sambil berucap " Terima kasih Ya Allah ku berbahagia dalam rangkuman tanganMu dan aku bersyukur atas seluruh nikmat yang Kau curahkan dalam meniti jalan hidupku" (Teriring salam untuk sahabatku nun jauh disana)
Comments
Post a Comment
Enjoy Your Life