Makna Kehidupan

Seringkali kita menghadapi pertanyaan dari anak anak kita yang masih balita yang membuat kita terpana dan bertanya dalam hati sedemikian jauh wawasan berpikirnya, siapa yang mengajarkan pertanyaan ini ?, terkadang sulit bagi kita untuk menjawabnya secara gamblang, karena dalam pemikiran kita sebagai orang tua sangat sulit menjelaskannya dengan batas baik pola pikir maupun wawasan berpikirnya yang masih dalam batas pemikiran seorang anak balita.

Baru baru ini salah seorang anak saya memepertanyakan " mengapa sih mama sama papa pergi pagi pagi sekali aku masih
tidur memang mama sama papa tidak sayang sama aku, kalau pulang juga malam terus sampai aku cape nunggunya jadi ketiduran seperti tidak punya orang tua saja memang kita semua anak pembantu semuanya diurus sama pembantu terus kapan mama dan papa punya waktu untuk kami " (sambil menangis dia berkata).

Miris hati saya mendengarnya dan air mata pun mengembang di pelupuk mata tetapi aku malu untuk memperlihatkannya, tetapi tidak dengan kata kata yang keluar dari mulutku membuat lidahku menjadi kelu dan dengan terbata aku berkata " papa dan mama sayang pada kalian semua " tentunya sambil kuulurkan tanganku memeluknya dengan hangat di dadaku sambil membelai rambutnya dan berbisik tidak ada yang lebih berharga di mata mama dan papa selain kalian semua kalian adalah harta terbesar yang kami miliki yang paling indah dan sangat tidak ternilai ".

Itu hanyalah sepenggal dari ilustrasi dalam kehidupan kita, tetapi yang hendak saya ketengahkan disini adalah cinta akan harta atau uang, cinta pangkat atau posisi, dan kesombongan.

Secara gamblang dapat kita lihat dalam kehidupan sehari hari bahwasanya ada kecenderungan hal tersebut terjadi pada diri kita masing masing, berawal dari cemooh lingkungan terhadap ketidak mampuan kita dalam hal materi memicu kita untuk bertindak diluar nalar yang ada dan keluar dari norma kehidupan tanpa mempedulikan benar ataupun salah tindak kan yang kita jalani yang terpenting didalam pikiran kita adalah mengumpulkan harta sebanyak mungkin walaupun mungkin itu merugikan orang lain, memang benar bila dikatakan bahwa waktu itu sangat berharga bahwasanya ada istilah yang mengatakan bahwa waktu identik dengan uang tetapi kesemua itu memiliki batasan yang berada dalam koridor kewajaran belaka bukan sebaliknya hanya terpaku pada lupa diri dan beranggapan seluruh waktu yang kumiliki harus menghasilkan uang sehingga melupakan kewajiban dan keberadaannya sebagai manusia seutuhnya, sehingga mulai bertindak seolah  aku adalah mesin pencetak uang, tingkah laku semacam ini tentunya bukanlah termasuk dalam kategori insan yang bijaksana dalam kehidupannya, mereka mulai melupakan keberadaannya dalam lingkungan sosial, tugas dan kewajiban mereka dalam lingkungan keluarga, dan mulai berwawasan pikiran bahwasanya apapun dapat diatur oleh uang, tentunya tindak kan ini menimbulkan konsekuensi yang pada akhirnya akan merugikan tidak saja pada diri kita sendiri tetapi yang paling penting adalah dampaknya pada keluarga kita sendiri, menjadi berantak kan tidak ada lagi keterikatan batin dalam keluarga kasih sayang menghilang dan menguap entah kemana tidak meninggalkan jejak seolah debu tertiup angin, tetapi hal yang terutama adalah akibat yang timbul pada diri kita dan sangat menyakitkan pada akhirnya dan hal ini pada umumnya tidak pernah disadari bahwa ambang kehancuran telah menganga didepan mata, walaupun tidak semua berakhir demikian dan dapat saya katakan ini hanyalah merupakan faktor keberuntungan belaka.

Di lain sisi ada pula sebagian orang yang terbuai oleh kehormatan dalam pandangan masyarakat berkaitan dengan tingginya pendidikan dan pangkat yang diperoleh sesuai dengan jenjang intelektualnya dan berusaha dengan keras untuk mengejar cita citanya untuk berada dalam awang ketinggian yang tidak terbatas dalam mewujudkan keinginannya dalam jenjang tertinggi, yang mungkin pula ditempuh dengan cara tidak wajar dan sepatutnya diluar norma yang ada tanpa memikirkan dan mungkin tidak pernah terpikir atau mungkin juga mengabaikan kesadaran bahwasanya tindak kan itu merugikan orang lain, yang penting apa yang menjadi kehendak kita dapat terwujud, apakah tindak kan ini dapat ditolerir oleh orang lain, tentunya banyak akibat yang timbul dalam lingkungan kehidupan bermasyarakat akan menimbulkan reaksi berbeda pada setiap individu tetapi hal yang paling menonjol adalah ketidak pedulian timbal balik dalam kehidupan bermasyarakat yang erat kaitannya dengan interaksi kebersamaan, kebersamaan pun menghilang demikian pula dengan kepedulian lenyap bagaikan tersapu oleh badai, dan ini merupakan gambaran insan yang telah terbuai mimpinya tanpa menyadari bahwa mereka pada dasarnya hidup dalam lingkungan masyarakat madani yang saling membutuhkan satu dengan yang lain untuk menjalin interaksi antar sesama.

Secara umum dapat dikategorikan kedua hal tersebut menimbulkan suatu karakter insan yang sangat unik dalam hidup bermasyarakat, menjadikan seseorang bertingkah laku tinggi hati dan sombong penuh dengan kebanggaan diri tanpa memiliki kepedulian terhadap sesama dan berdampak pula pada lingkungan keluarga, tetapi dapatkah itu memenuhi kehausannya akan merengkuh kebahagiaan sejati seperti yang selama ini didambakannya, secara lahiriah finansial dapat dikatakan demikian tetapi demikian pula kah dengan keberadaan bila ditinjau dari sudut batiniah ini masih menimbulkan keraguan, ada kecenderungan timbulnya ketidak percayaan diri baik terhadap sesama maupun keluarga yang menimbulkan rasa curiga yang berlebihan seolah tidak ada seorangpun yang dapat dipercaya dalam dunia ini kecuali dirinya sendiri tidak juga dengan anggota keluarganya, menjadikannya sesosok individu yang cenderung sulit untuk merogoh isi sakunya seolah hal ini merugikan dirinya terkecuali benar adanya akan menghasilkan keuntungan amat sangat bagi perbendaharaan sakunya, menarik diri dari lingkungan yang tidak termasuk dalam kriterianya dan hanya tergabung dan bergabung dalam lingkungan yang setara dengan keberadaannya, tetapi sadarkah mereka bahwasanya mereka telah terkubur dalam kesombongan diri walaupun hal tersebut adalah dalam batas kewajaran menurut wawasan pandangan mereka tetapi sebaliknya bagi pandangan sekeliling pinggan mereka oh betapa sombong dan tidak manusiawinya kalian.

Miris sekali hati ini melihat hal ini tetapi tanganku tak mungkin dapat mencapai untuk merengkuh dan membelai dengan kehangatan dan kelembutan penuh dengan kasih sayang sambil membisikkan kata bahwasanya " aku masih peduli dan sangat menyayangi mu ", engkau terlalu jauh melangkah dalam menapaki jalan hidupmu kekasihku yang menjadi permata mutu manikam dalam kehidupanku. 


Tetapi timbul pertanyaan dalam hati saya apakah kita akan berada dalam suatu ruang lingkup kebahagian apabila kita berada dalam situasi dan kondisi demikian, secara harfiah memang tampak jelas terlihat kehidupan yang demikian gemerlap dalam kilauan kemewahan duniawi yang telah diraih dan dicapai selama ini, kehidupan yang mengetengahkan kemegahan diri tetapi bila kita tilik jauh kedalam dalam sudut pandang berbeda dapat kita temukan seberkas kehampaan, ketidak bahagiaan terpancar tetapi terselubung, terselimuti secara baik dan sempurna oleh gaya hidup dan tingkah laku kesehariannya. 

Ini hanyalah sekedar ilustrasi dan imajisasi

Comments

Popular posts from this blog

The Bread Of Life

The abundance of blessing

How Great Is Our God