Sudahkah Kita Bersyukur

Ya Allah... Jadikanlah hari ini dimana aku menjadi pribadi yang pandai bersyukur dan tidak mudah mengeluh.... Amiin

Sebuah doa permohonan yang sangat indah dari seorang hamba Allah yang patut ditiru oleh setiap insan, dipanjatkan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan kehadirat Arays yang Maha Suci, menimbulkan pertanyaan bagi kita semua, apakah kita sudah melakukannya ?, karena pada hakekatnya berdoa kepada Tuhan adalah laksana samudera yang dapat mencapai setiap sudut pantai keperluan hidup manusia.
Banyak kali kita hanya pandai mengeluh mungkin dengan mempergunakan kata mengapa begini atau mungkin mengapa begitu atau dengan mempergunakan untaian kata lainnya yang seirama laiknya untaian
syair lagu yang dilantunkan seorang penyanyi dan menjadi top hits dikarenakan membuai kita untuk mulai mengoyangkan tubuh sesuai dengan irama maupun ritme, mungkin tepat bila dikatakan bahwasanya kita sudah mulai terbuai dengan keluh kesah dikarenakan oleh penderitaan, kekecewaan atau mungkin lainnya seirama dengan liku kehidupan yang mendera silih berganti hari lepas hari, sehingga melupakan masih banyak nikmat pula yang kita rasakan setiap harinya, semua ini pada hakikatnya tidak terlepas pada ketidak puasan individu, sebagaimana laiknya insan yang didera dahaga ditengah gurun.

Sebuah pembelajaran diri yang sangat berharga bagi kita semua untuk mengutamakan pengucapan syukur dalam segala hal setiap saatnya, karena ada kecenderungan kita berkeluh kesah walau pun dalam doa yang kita panjatkan, seolah-olah sebagi cerminan bahwasanya kita kurang memiliki iman akan kehadiran Sang Khalik dalam kehidupan kita, tanpa kita sadari pula merefleksikan penyangkalan akan karunia dan anugerah yang kita terima setiap harinya, karena karunia yang terbesar dalam kehidupan kita adalah kenyataan bahwasanya Tuhan memberikan kita kesehatan baik lahir maupun bathin dan memberikan kesempatan untuk menikmati hari demi hari walaupun terkadang disertai kegetiran hidup, tetapi satu hal yang perlu diingat bahwasanya masih ada kehidupan dan kita diberikan kesempatan untuk menikmatinya.

Tidak selamanya Tuhan memberikan kelimpahan terkadang diberikanNya kesempitan dalam kehidupan kita, tentunya tergantung pada diri kita sendiri untuk menyikapinya mensyukuri atau menyangkal nikmat karunia dan anugerah yang diberikanNya, karena pada umumnya apabila kita diberikan nikmat berlimpah puji dan syukur terpanjatkan kehadiratNya, tetapi sebaliknya bila nikmat kesempitan yang kita alami keluh kesah mendesah dari bibir kita disertai dengan hentakkan hembusan nafas menderu menandakan himpitan penderitaan seorang musafir yang penuh dahaga ditengah gurun penderitaan yang mendera.

Tetapi kontradiksinya pada saat kita mengalami nikmat dalam kelimpahan cenderung kita melupakan Sang Khalik yang telah berkepanjangan tangan mencurahkan kasih karunia dan berkatNya, berlari menjauh menuju kenikmatan yang lebih memberikan bergumul dan bergelimang dalam tautan kenikmatan sesaat yang membuahkan kesia siaan menenggelamkan diri dalam lumpur mengotori tubuh, sementara yang lainnya terus bergumul bersekutu menghentak kesempitan yang menghimpit dada menyesakkan nafas menggeliat melepaskan diri dari himpitan kesesakkan berharap agar semua itu berlalu dari hadapan mereka.

Hendaknya kita belajar untuk tetap mengucap syukur dalam segala hal baik pada saat menikmati secawan anggur kenikmatan ataupun dalam menikmati  kenikmatan secawan anggur kegetiran karena kesemuanya itu adalah nikmat yang Tuhan berikan dalam titian kehidupan, karena sesungguhnya secawan anggur kenikmatan ataupun secawan anggur kegetiran memiliki makna berharga dalam membentuk kebijaksanaan dalam mengarungi samudera kehidupan yang penuh dengan gelombang dan badai, berteguh dalam iman karena masa penuaian telah tiba membangun benteng kehidupan dan menyadari bahwasanya kita bukanlah ekor melainkan kepala menuai berkat yang telah Tuhan sediakan dan mengisi lumbung doa dalam menyatukan diri bersekutu dalam Arays yang Maha Suci.

Pembelajaran diri dalam mengenal keberadaan diri dalam membuahkan jati diri yang hakiki dalam tatanan titian berliku seorang hamba.








  

Comments

Popular posts from this blog

What Is Your True Purpose

The Teeter - Totter Syndrome

The God Who Saves